Gawai Super Canggih
Oleh : Enok Yanti
SMPN 4 Maja – Kab. Majalengka
Sebal,
itulah yang saya rasakan ketika sedang mengajak berbicara tapi Anda malah asyik
bercengkrama dengan gawai (baca; smarthphone). Kok bisa sih, lebih
memperhatikan gawai daripada orang yang berbicara di hadapan Anda ? Jemari Anda
begitu lincah memainkan huruf-huruf yang ada di gawai. Saya yakin dan percaya tulisan
hasil kelincahan jemari Anda akan
dikirimkan via sms atau japri via WA (WhatssApp).
Terkadang meski tidak mengetik, jemari Anda lincah mencari tombol-tombol untuk
mencari video ataupun mengunduh foto yang terkirim via WA.
Sahabat
..., ketika berkomunikasi tentu ada sopan santun yang mesti diperhatikan. Begitu
pula dalam Islam, semua aktivitas dalam kehidupan di dunia fana ini ada
petunjuknya termasuk adab berkomunikasi. Ketika dalam berkomunikasi sudah
mengikuti nilai-nilai keislaman insyaallah yang akan timbul adalah dampak
positif untuk mendatangkan kebaikan di dunia maupun di akhirat kelak. Apakah
gerangan adab berkomunikasi menurut islam ? yuk kita kupas satu persatu.
1. Merendahkan
suara saat berbicara
Ketika kita berkomunikasi
dengan orang lain usahakan untuk merendahkan suara. Tidak usah berbicara dengan
nada tinggi karena boleh jadi orang yang diajak berbicara akan merasa sedang
dimarahi. Kapan kita berbicara dengan suara keras ? misalnya ketika sedang
berbicara di dalam ruangan yang luas dan suara kita tidak akan terdengar kalau dengan
suara yang rendah. Kembali tentang bersuara lunak atau rendah, contoh ketika
berdo’a kita harus merendahkan suara. Karena berdo’a sebetulnya kita sedang
berbicara atau berkomunikasi dengan Allah SWT. Tidak elok kalau sedang
berkomunikasi dengan Allah, kita berteriak-teriak (jangan-jangan nanti disangka
kerasukan, hehehe...). Al Qur’an pun mengisyaratkan bahwa berbicara harus
dengan suara yang rendah yaitu kisah Luqman yang menasehati putranya (Q.s
Lukman:19).
وَٱقۡصِدۡ
فِي مَشۡيِكَ وَٱغۡضُضۡ مِن صَوۡتِكَۚ إِنَّ أَنكَرَ ٱلۡأَصۡوَٰتِ لَصَوۡتُ ٱلۡحَمِيرِ
١٩
Artinya :
19. Dan
sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya
seburuk-buruk suara ialah suara keledai.
Meski diisyaratkan kita
merendahkan suara ketika berkomunikasi tetapi bukan berarti berbisik-bisik.
Ketika kita sedang berkumpul dengan banyak orang maka sebagian yang lain tidak
diperbolehkan untuk berbisik-bisik. Hati-hati lho, jangan sampai ada orang yang
tersinggung. Mengapa demikian ? karena boleh jadi orang lain tersinggung karena
mengira yang berbisi-bisik tersebut sedang bergunjing tentang dirinya.
2. Tidak
memotong atau menyela pembicaraan orang lain
Ketika orang lain sedang
melakukan pembicaraan, dengarkanlah sampai tuntas. Jangan memotong atau menyela
pembicaraan orang lain. Kalaupun Anda harus menyela pembicaraan orang lain maka
minta izinlah. Insyaallah orang yang sedang melakukan pembicaraan dengan senang
hati mengizinkan Anda. Lain halnya kalau Anda selalu memotong atau menyela
pembicaraan orang lain, boleh jadi merasa terganggu atau malah jadi malas lagi
untuk melanjutkan pembicaraan. Nah, kalau sudah seperti ini repot kan akhirnya
?
3. Berbicara
dengan Lemah lembut (Qaulan layina)
Berbicara dengan lemah lembut
penuh keramahan akan menyebabkan komunikan (yang diajak berkomunikasi) merasa
nyaman. Orang yang terbiasa bertutur kata lemah lembut ketika mendengar ucapan
dengan nada tinggi akan merasa tersinggung apalagi jika menggunakan kata-kata
kasar. Seperti dijelaskan dalam Al-Qur’an kisah tentang Nabi Musa dan Harun
supaya berbicara dengan lemah lembut / tidak kasar kepada Fira’un.
فَقُولَا
لَهُۥ قَوۡلٗا لَّيِّنٗا لَّعَلَّهُۥ يَتَذَكَّرُ أَوۡ يَخۡشَىٰ ٤٤
Artinya :
44. maka
berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,
mudah-mudahan ia ingat atau takut". (QS. Thaha : 44)
4. Menyampaikan
perkataan yang benar (Qaulan sadida).
Katakanlah yang haq (benar) meskipun pahit
atau menyakitkan. Itulah yang semestinya kita lakukan ketika berkomunikasi
dengan orang lain. Seperti diriwayatkan dalam Hadits Ibnu Hiban : “Katakanlah yang haq / benar meski pahit
atau menyakitkan”. Sahabat... ketika kita bertutur, sampaikanlah perkataan
yang benar jangan berdusta, merekayasa atau memanipulasi data (hehehe...
seperti penelitian saja memakai bahasa ilmiah ya...). Jangan salah lho
sahabat... meski kita dianjurkan untuk berkata jujur tetapi kalau ada yang
sesuatu yang menuntut kita untuk berbohong barangkali dibolehkan. Misalnya jika
kita ditanya tentang keberadaan seorang untuk dibunuh oleh orang yang
bersangkutan maka hukumnya wajib kita berdusta meski kita tahu keberadaan orang
yang akan dibunuh tersebut. Duh... serem ya ? seperti di tayangan televisi saja
ada orang mau dibunuh. Jangan salah lho sahabat... di lingkungan sekitar kita
juga pernah ada yang akan saling bunuh. Masih berbekas dalam memori saya ketika
masih kecil, ada tetangga yang mau saling bunuh karena masalah keluarga sih
katanya.
5. Menyimak
pembicaraan dengan seksama
Ketika
orang lain berbicara maka kita mendengarkan dengan seksama. Kalau bisa tatap
wajah si pembicara untuk membuktikan bahwa kita memperhatikannya. Tetapi kalau tidak bisa memandang wajah
karena bermaksud menjaga pandangan (seperti saya, terkadang malu kalau beradu
pandang terus menerus meski sedang mengobrol), tetap memperlihatkan bahwa kita
sedang memperhatikannya.
6. Fokus
ketika berkomunikasi dengan orang lain.
Sahabat... sudahkan Anda fokus
ketika sedang berkomunikasi dengan orang lain ? Usahakan kita mendengarkan
pembicaraan orang lain tanpa harus diganggu dengan kelincahan jari jemari
mengotak ngatik huruf di gawai. Suatu saat ketika kita harus menjawab sms
ataupun telpon, minta izinlah sebelum nanti melanjutkan lagi pembicaraan.
Nah... itulah beberapa adab dalam
berkomunikasi. Kalau kita perhatikan dalam kehidupan sehari-hari, ada orang
yang sudah melaksanakan adab berkomunikasi dengan betul tapi tidak sedikit juga
yang masih mengabaikannya. Apalagi untuk adab berkomunikasi point terakhir,
tidak sedikit di antara teman, sahabat yang masih belum bisa
mengimplementasikannya. Apakah gerangan ? saya perjelas kembali yaitu
berkomunikasi sambil asyik becengkrama dengan gawai yang super canggih. Mengapa
super canggih ? Buktinya ketika ada orang yang mengajak berbicara tetap saja
gawai yang dinomersatukan. Saya yakin dan percaya, orang yang sedang berbicara
berhadap-hadapan tapi masih saja memperhatikan sms, japri via wa, line atau
apapun itu namanya orang yang bersangkutan tidak sadar. Kalau sadar hal
tersebut bisa menyinggung perasaaan yang diajak berkomunikasi pasti Anda tidak
akan melakukan hal tersebut kecuali ada hal yang sangat penting. JIka sadar,
berarti gawai yang dipakai memang barang yang super canggih sehingga orang lain
yang ada di hadapan pun jadi nomer dua. Berbahagialah kalau Anda termasuk orang
yang mau mendengarkan pembicaraan orang lain tanpa terganggu oleh gawai.
Berbahagia pula lah yang bisa mengimplementasikan adab berkomunikasi menurut
islam.
#Salam Literasi!#